Selamat Datang, Welcome, Bienvenidos,Benvenuto, Bem-vindo, Willkommen, MarHaban, Hos geldiniz...

Selasa, 20 November 2012

Tentang Aku dan Mimpi


Kampus tercinta, siang hari¸lab komputer, set fire to the rain (Adele), AC dingin

§  Suatu hari, aku akan akan pergi ke Barcelona. Membuktikan estetika kota seni itu. Sekaligus membuktikan apakah Lionel Messi benar-benar hebat seperti yang ditayangkan Trans 7 setiap minggu.

§  Suatu hari, aku akan pergi ke Paris. Membuktikan apa benar bonjour berarti selamat pagi, seperti yang dikatakan guru SMA ku.

§  Suatu hari aku akan membuat Ibu Bapakku menitikkan air mata sembari mencium hajar aswat, tempat paling berkesan bagi umat muslim.

§  Suatu hari aku akan bisa menikmati indahnya bawah laut raja ampat.

§  Suatu hari aku akan punya rumah sederhana (relatif) dengan taman yang rimbun.

§  Suatu hari aku akan punya.....................

§  Suatu hari aku ingin...............................

§  Suatu hari...............................................

Diary Bimbel (Part 1)


Setelah membaca catatan saudara Muhammad Nopriandana, saya tertarik untuk membagi kembali catatan ini. Inilah cerita kami 2 tahun lalu.....


Yeahh,..akhirnya kesampaian juga aku buat catatan...

setelah menghabiskan semangkuk mie rebus telur dan segelas es teh di tempat langganan langsung menuju warnet terdekat...Udah lama mau bikin catatan, sebelum amnesia
Saya akui diksi saya tidak bagus, tapi mau bagaimana lagi...


Seminggu yang lalu waktu di sela-sela kuliah, pikiran melayang ke masa-masa bimbel, ingat siapa ya


Sebelumnya saya ucapkan selamat kepada Hendy Aprillian Hidayat, dan Asmarani Sri Hartatiyang lolos SNMPTN...mantep lah
dimana Hendy sedang kuliah di UNDIP jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan dan Rani di UNS jurusan Hukum

 

Kamis, 15 November 2012

Anak Bawang Anak Kampung (1)


Cuaca dingin pasca hujan, segelas cokelat hangat hangat favorit, tempat paling populer di kampusku, teringat 8 tahun 4 bulan yang lalu.

“Kalau kamu sekolah di Jogja, bapak yang antar kamu. Kalau kamu sekolah sambil mondok di jember, ibu yang antar kamu”.

Kalimat dengan nada rendah penuh seni intonasi khas pria bijak yang senantiasa lekat di pikiranku. Kalimat dengan sejuta arti yang mengawali perjuanganku hingga kini, dan kupastikan sampai nanti.

Kata-kata itu masih terbayang oleh pikiranku. Selalu. Jelas, jelas sekali. Dilisankan dengan nada penuh kesejukan karena ingin menyejukkanku. Diutarakan dengan penuh keikhlasan sebagai gerbang masa depanku. Di-nada-kan dengan seni intonasi karena ingin menenangkanku. Diucapkan penuh harap karena kepedulian akan kesuksesanku.

Tapi seperti apapun kata itu diutarakan tetap hanya 1 kata yang muncul diotakku untuk meresponnya; bingung. Bocah 11 tahun 3 bulan harus memilih pilihan besar. Dan jelas, tidak ada pilihan yang menarik untukku, kala itu.

Menggagas Format Pendidikan Ideal

Pendidikan, telah menjadi konsensus bersama, disepakati sebagai faktor paling dominan dalam upaya perbaikan taraf hidup manusia (pembangunan). Telah menjadi rahasia publik jika pendidikan adalah salah satu aktor utama dalam proses panjang pembangunan. Memisahkan pendidikan dan pembangunan laiknya memisahkan bilah gunting atas dan bawah yang justru dapat saling meniadakan.

Perdebatan tentang pendidikan yang akan memacu pembangunan atau pembangunan yang akan memacu pendidikan kian meredup karena bukti di lapangan menunjukkan hal saling bertolak belakang dan menjelaskan tidak jelasnya dominasi diantara keduanya. Penyebaran sekolah formal di Amerika dan Jerman terjadi sebelum terjadinya pembangunan ekonomi modern. Di beberapa negara lain, jumlah sekolah formal meningkat drastis mengikuti kemajuan pembangunan ekonomi, misalnya Romania (1880-1910), Filipina (1900-1920), Thailand (1920-1940) dan Indonesia setelah perang kemerdekaan (Abdullah, 2006).