Selamat Datang, Welcome, Bienvenidos,Benvenuto, Bem-vindo, Willkommen, MarHaban, Hos geldiniz...

Selasa, 20 November 2012

Tentang Aku dan Mimpi


Kampus tercinta, siang hari¸lab komputer, set fire to the rain (Adele), AC dingin

§  Suatu hari, aku akan akan pergi ke Barcelona. Membuktikan estetika kota seni itu. Sekaligus membuktikan apakah Lionel Messi benar-benar hebat seperti yang ditayangkan Trans 7 setiap minggu.

§  Suatu hari, aku akan pergi ke Paris. Membuktikan apa benar bonjour berarti selamat pagi, seperti yang dikatakan guru SMA ku.

§  Suatu hari aku akan membuat Ibu Bapakku menitikkan air mata sembari mencium hajar aswat, tempat paling berkesan bagi umat muslim.

§  Suatu hari aku akan bisa menikmati indahnya bawah laut raja ampat.

§  Suatu hari aku akan punya rumah sederhana (relatif) dengan taman yang rimbun.

§  Suatu hari aku akan punya.....................

§  Suatu hari aku ingin...............................

§  Suatu hari...............................................



Konsentrasiku nge-list mimpiku di ruang lab terusik karena gangguan Husain, si gendut yang sedang asik main game di komputer sebelah.

Mimpi. Aku yakin setiap orang akan menjawab dengan gaya, cara, isi, yang berbeda jika ditanya tentang apa itu mimpi. Jelas, beda kepala, beda isinya juga. Beda latar belakang, beda pula cara pikirnya. Beda lingkungan, beda kebiasaan. Semua faktor determinan penentu pemikiran yang beda selanjutnya akan membuat pendapat setiap orang tentang mimpi pun berbeda.

Tapi hari gini masih ngomongin definisi? Nggak kece ya. Aku jadi ingat sebuah kalimat yang terlontar dari Mr. X (aku lupa siapa yang bilang) di tv. Dia bilang, “Jangan bermain dengan definisi. Karena kamu akan tersesat didalamnya”.

Oke, jangan mendefinisikan mimpi. Kita semua tau mimpi itu apa. Mimpi yang ku maksud disini, sesuatu yang ingin (banget) dicapai. Kata lainnya cita-cita.

Jadi begini, suatu hari sebuah diskusi dengan teman seperjuangan menjelang transisi masa remaja ke masa dewasa (baca: mahasiswa) membelalakkan mataku. Aku dibuatnya menyesal. Aku dibuatnya sadar, mimpi adalah sumber gairah hidupsupplier semangat kala stock semangat menipis, voucher isi ulang kekuatan kala otak di diisi tapa pemikiran. Mimpi adalah stimulan untuk hidup lebih baik, lebih berwarna.

Hal pertama yang kudapat darinya adalah bahwa manusia butuh mimpi, karena untuk itu lah manusia hidup. Jika manusia hidup tanpa mimpi, dia tidak hidup. Dia hanya menjalani takdirnya sebagai mahluk Tuhan, dan tidak bermaksud menikmatinya.

Konsentrasi tentang “mimpi” semakin membara beberapa hari belakangan, ketika ada stimulan yang membukakan aku pintu dunia. Membuatku sadar tak banyak yang ku tau di dunia ini. Tak banyak tulisan yang kulahap. Dan aku terlalu naif untuk menjadikan kesibukan sebagai alasan untuk tidak produktif menulis. Stimulan ini mengenalkan aku dengan kisah heroik para pahlawan, yang telah berpikir gila, dan melakukan hal-hal gila. Aku kembangkan ide “menjadi gila” itu, memodifikasinya menjadi pemikiran antimainstream.  Ya, manusia butuh berpikir dan bertindak berdasarkan karakternya, pemikirannya, tidak melulu pinjam pakai ide yang selama ini ada dan ter(di)gunakan.

Dikenalkan dengan berbagai hal hebat yang dikerjakan orang-orang hebat, tulisan-tulisan membakar semangat oleh para pelahap optimistis, membuat aku sadar aku telah kehilangan sesuatu dalam langkah hidupku: MIMPI.

Masa SMP ku kujalani tanpa berani bermimpi meraih gelar “kontingen olimpiade sains nasional”. Masa SMA ku lebih parah. Aku tidak berani untuk sekedar bermimpi mengenakan almamater kuning mentereng khas ibukota Indonesia (baca: UI). Aku hanya berani optimis bisa bersaing memperbutkan kursi universitas swasta yang notabene sudah hampir pasti dapat kugenggam dengan surat rekomendasi sekolah. Ah, aku terlalu naif untuk berani (sekedar) bermimpi.

Kini aku sadar, manusia memang butuh mimpi. Jika tidak ingin menjadi “sesuatu”, manusia tidak akan terpacu. Hanya mengikuti turbulensi tanpa henti.

Kini aku bersyukur, aku kembali ingin (walaupun sekedar) menjajakkan kakiku di berbagai belahan bumi. Menikmati perbedaan yang dikaruniakan-Nya. Menikmati suasana sore kesukaan dengan gaya berbeda, di belahan bumi berbeda. Atau sekedar menyibukkan diri dengan keterasingan di negeri orang. Ya, aku akan jelajahi dunia. Suatu hari nanti. Bisakah? Silahkan tertawa.

-Ditulis dengan berjuta harap akan kekekalan ketertarikan akan mimpi-



Tidak ada komentar:

Posting Komentar