Kampus tercinta, siang
hari¸lab komputer, set fire to the rain (Adele), AC dingin
§ Suatu hari, aku akan akan pergi ke Barcelona. Membuktikan estetika
kota seni itu. Sekaligus membuktikan apakah Lionel Messi benar-benar hebat
seperti yang ditayangkan Trans 7 setiap minggu.
§ Suatu hari, aku akan pergi ke Paris. Membuktikan apa benar bonjour
berarti selamat pagi, seperti yang dikatakan guru SMA ku.
§ Suatu hari aku akan membuat Ibu Bapakku menitikkan air mata
sembari mencium hajar aswat, tempat paling berkesan bagi umat muslim.
§ Suatu hari aku akan bisa menikmati indahnya bawah laut raja ampat.
§ Suatu hari aku akan punya rumah sederhana (relatif) dengan taman
yang rimbun.
§ Suatu hari aku akan punya.....................
§ Suatu hari aku ingin...............................
§ Suatu hari...............................................
Mimpi. Aku yakin setiap
orang akan menjawab dengan gaya, cara, isi, yang berbeda jika ditanya tentang
apa itu mimpi. Jelas, beda kepala, beda isinya juga. Beda latar belakang, beda
pula cara pikirnya. Beda lingkungan, beda kebiasaan. Semua faktor determinan
penentu pemikiran yang beda selanjutnya akan membuat pendapat setiap orang
tentang mimpi pun berbeda.
Tapi hari gini masih ngomongin definisi? Nggak
kece ya. Aku jadi ingat sebuah kalimat yang terlontar dari Mr. X (aku
lupa siapa yang bilang) di tv. Dia bilang, “Jangan
bermain dengan definisi. Karena kamu akan tersesat didalamnya”.
Oke, jangan
mendefinisikan mimpi. Kita semua tau mimpi itu apa. Mimpi yang
ku maksud disini, sesuatu yang ingin (banget) dicapai. Kata lainnya
cita-cita.
Jadi begini, suatu hari
sebuah diskusi dengan teman seperjuangan menjelang transisi masa remaja ke masa
dewasa (baca: mahasiswa) membelalakkan mataku. Aku dibuatnya menyesal. Aku
dibuatnya sadar, mimpi adalah sumber gairah hidup, supplier semangat
kala stock semangat menipis, voucher isi ulang kekuatan kala
otak di diisi tapa pemikiran. Mimpi adalah stimulan untuk hidup lebih baik,
lebih berwarna.
Hal pertama yang kudapat
darinya adalah bahwa manusia butuh mimpi, karena untuk itu lah manusia hidup.
Jika manusia hidup tanpa mimpi, dia tidak hidup. Dia hanya menjalani takdirnya
sebagai mahluk Tuhan, dan tidak bermaksud menikmatinya.
Konsentrasi tentang
“mimpi” semakin membara beberapa hari belakangan, ketika ada stimulan yang
membukakan aku pintu dunia. Membuatku sadar tak banyak yang ku tau di dunia
ini. Tak banyak tulisan yang kulahap. Dan aku terlalu naif untuk menjadikan
kesibukan sebagai alasan untuk tidak produktif menulis. Stimulan ini
mengenalkan aku dengan kisah heroik para pahlawan, yang telah berpikir gila,
dan melakukan hal-hal gila. Aku kembangkan ide “menjadi gila” itu,
memodifikasinya menjadi pemikiran antimainstream. Ya, manusia butuh
berpikir dan bertindak berdasarkan karakternya, pemikirannya, tidak melulu
pinjam pakai ide yang selama ini ada dan ter(di)gunakan.
Dikenalkan dengan
berbagai hal hebat yang dikerjakan orang-orang hebat, tulisan-tulisan membakar
semangat oleh para pelahap optimistis, membuat aku sadar aku telah kehilangan
sesuatu dalam langkah hidupku: MIMPI.
Masa SMP ku kujalani
tanpa berani bermimpi meraih gelar “kontingen olimpiade sains nasional”. Masa
SMA ku lebih parah. Aku tidak berani untuk sekedar bermimpi mengenakan
almamater kuning mentereng khas ibukota Indonesia (baca: UI). Aku hanya berani
optimis bisa bersaing memperbutkan kursi universitas swasta yang notabene sudah
hampir pasti dapat kugenggam dengan surat rekomendasi sekolah. Ah, aku terlalu
naif untuk berani (sekedar) bermimpi.
Kini aku sadar, manusia
memang butuh mimpi. Jika tidak ingin menjadi “sesuatu”, manusia tidak akan
terpacu. Hanya mengikuti turbulensi tanpa henti.
Kini aku bersyukur, aku
kembali ingin (walaupun sekedar) menjajakkan kakiku di berbagai belahan bumi.
Menikmati perbedaan yang dikaruniakan-Nya. Menikmati suasana sore kesukaan
dengan gaya berbeda, di belahan bumi berbeda. Atau sekedar menyibukkan diri
dengan keterasingan di negeri orang. Ya, aku akan jelajahi dunia. Suatu hari
nanti. Bisakah? Silahkan tertawa.
-Ditulis
dengan berjuta harap akan kekekalan ketertarikan akan mimpi-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar