Beberapa hari yang lalu masyarakat kita digemparkan dengan kemenangan fantastis timnas sepakbola sepakbola Indonesia atas Malaysia di ajang turnamen sepakbola antar negara-negara Asia Tenggara, AFF Cup. Saya bilang fantastis karena timnas kita menang dengan skor yang bisa dibilang cukup mencoreng muka malaysia, 5-1.
Inilah skor terbesar dalam duel kedua negara di ajang piala AFF(dulu piala Tiger). Sepanjang sejarah piala Tiger cup skor terbesar sebelumnya adalah 4-1 untuk kemenangan Indonesia(semifinal Tiger cup 2004).
Ada yang menarik perhatian saya dalam pertandingan di piala AFF 2010 kemarin. Pembantaian atas Malaysia tersebut tak dapat dipisahkan dari orang 2 legiun asing di tubuh timnas kita. Ya… Cristian Gonzales dan Irfan Bachdim. Mereka punya andil sangat besar dalam pembantaian itu.
Irfan bachdim memang punya darah Indonesia. Sang ayah adalah ex pemain yang kini ia bela, Persema Malang. Bagaimana dengan Cristian Gonzales?
El loco adalah orang Uruguay tulen. Tetapi berbeda dengan sekarang. Gonzales alias Mustafa adalah Indonesian. Ia mengaku sudah bertahun-tahun berkeinginan mengenakan lambang kebesaran garuda di dada kiri, mengenakan seragam kebangsaan merah putih diatas lapangan hijau.
Saya pribadi sangat menyayangkan keputusan BTN(badan tim nasional) PSSI baru November 2010 ini “mengeksekusi” antusiasme el loco. Padahal ia telah bermain di Indonesia sejak 2003 dan hanya pulang ke Uruguay satu kali pada 2003. Itu berarti seharusnya el loco bisa di natralisasi sejak 2008. Karena menurut UU Nomor 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dijelaskan bahwa orang asing dapat menjadi warga negara Indonesia (WNI) setelah memenuhi syarat dan tatacara yang diatur dalam peraturan dan undang-undang. Yang salah satu syaratnya adalah telah tinggal di Indonesia selama 5 tahun berturut-turut atau 10 tahun tidak berturut-turut. Dan itu berarti el loco sudah memenuhi syarat menjadi WNI sejak 2008.
Saya sangat menyayangkan mengapa saat el loco sudah menginjak 34 tahun ia baru bisa mengenakan seragam kebanggan pesepakbola Indonesia. Padahal dengan kemampuan yang ia miliki, ia sangat tidak bisa diremehkan.
Jika ditotal, ia telah bermain sebanyak 195 kali di level klub di semua ajang yang diikuti klub yang ia bela sejak 2003, mulai PSM makasar, Persik Kediri, dan Persib Bandung, dan mencetak 204 gol dari semua penampilannya itu. Berarti rasio gol nya lebih dari 1, artinya jika di rata-ratakan, setiap pertandingan yang ia jalani ia selalu mencetak gol. Terlepas dari kaidah sepakbola yang tak hanya melihat gol, ia sangat pantas dibilang striker yang sangat berbahaya. Dengan modal 4 kali top skorer liga dan satu kali top skorer piala Indonesia, ia sangat pantas dipertimbangkan untuk mengisi salah satu pos striker di timnas kita.
Ini jelas lebih masuk akal ketimbang jalan PSSI yang berusaha menaturalisasi pemain muda amerika latin pada beberapa tahun yang lalu(walaupun pada akhirnya dikembalikan ke negeri asalnya). Sebab kita semua belum tahu persis apa yang dimiliki pemain-pemain itu. Dan belum tentu skill mereka diatas rata-rata skill anak negeri. Karena menurut saya, pemain naturalisasi haruslah lebih baik ketimbang pemain pribumi, dan memang seharusnya begitu.
Dengan segala prestasi yang Gonzales miliki, saya yakin dia masih sangat layak untuk dijadikan mesin gol timnas, walaupun saya rasa agak terlambat karena ia sudah 34 tahun. Setidaknya hal ini dibuktikan dengan 3 pertandingan yang ia telah lalui bersama timnas sampai hari ini dan bahkan semuanya dilewati dengan kemenangan.
Indonesia vs Timor Leste (6-0)---> 2 gol (21 november 2010)
Indonesia vs Taiwan (2-0)---> 1 gol (24 november 2010)
Indonesia vs Malasya (5-1)---> 1 gol (1 desember 2010)
Sampai saat ini dia juga masih membuktikan bahwa ia masih punya kapasitas sebagai pemegang 4 trofi top skorer liga. Dan semoga keganasannya tak berhenti sampai disini dan akan terus berlanjut sampai akhirnya kerinduan akan trofi dari timnas kita terobati. Kini bersama “Bepe” dkk el loco akan berusaha keras member “minum” atas hausnya bangsa ini akan trofi juara. Dan inilah saatnya. Di ajang AFF ini Indonesia harus benar-benar serius dengan target juaranya. Inilah saatnya Indonesia mengembalikan julukan macan Asia nya. Sabagai rakyat jelata, saya hanya bisa berharap dan memberi dukungan penuh tehadap usaha “anak-anak” timnas. Kalau bukan kita, lalu siapa lagi yang akan mendukung sepakbola Indonesia?
(Data source: Wikipedia)
Hendy Aprilian Hidayat
yah kita liat nanti melawan Laos,,
BalasHapusgaruda di dadaku,,
okeee, salam pecinta garuda...
BalasHapus